Minggu, 18 Maret 2012

DreamCatcher:Sampoerna School Of Education

Semalam gue googling sampai tengah malam, pokoknya blog walking. muter-muter satu komplek deh, :)
dan dapat sesuatu yang berharga ketika mampir di blognya Kak Alanda Khariza, dan sayapun menulis. sedikit flashback tentang mimpi saya yang dulu. mimpi yang bagi saya sukar untuk jadi nyata..namun berkat kuasa Tuhan semuanya jadi nyata..

ini dia isi tulisanku :



Kebiasaanku membeli Majalah bukanlah untuk dibaca melainkan untuk melihat-lihat gambar yang menarik. Aku bahkan tak memperhatikan siapa artis yang menjadi sampul majalah tersebut, melainkan hanya untuk melihat gambarnya saja. Kebiasaan tersebut berlangsung banyak kali, tak terhitung berapa jumlah majalah yang dibeli untuk tujuan melihat gambar yang menarik. Dari gambar yang menarik, kebiasaanku menular untuk membaca cerpen di majalah tersebut, saat itu aku duduk di bangku kelas 2 SMP. Aku belum memliliki majalah khusus yang jadi kegemaranku melainkan kubeli semua jenis majalah yang ada. Sampai pilihanku jatuh dengan Majalah ANEKA YESS. Slogannya menarik YESS yang merupakan singkatan dari Young,Energetic,Smart and Stylish. Aku suka membaca rubric cerpen. Membaca cerpen punya esensi tersendiri bagi saya, saya merasa menjelma menjadi tokoh dalam cerpen tersebut ketika membaca, merasakan kepuaasan tersendiri. Pokoknya rasanya lebih enak dari makan ice cream dan lebih segar dari minum es buah.
Cerpen-cerpen dari majalahlah yang memberikanku inspirasi untuk bisa menulis. Aku mengarang beberapa cerpen dengan tokoh-tokoh fiksi khayalanku. Semuanya sudah ada 10 cerita, yang kutulis sejak SMP hingga SMA. Namun saying seribu saying, semuanya lenyap dalam hitungan detik, karena notebookku terserang virus dan harus diinstal lagi, dan semua datanya tidak di back up sehingga hilang ditelan virus-virus nakal dan tak tau bermuara dimana. Aku sedih, sedih yang sangat mendalam. Rasa sedihku luar biasa lebih, rasanya kayak di tinggal pergi sang kekasih hati yang sudah sekian tahun bersama dan tentunya tak kan kembali. Walaupun bisa kembali namun tak seindah yang pertama, kata-kata yang tersusun rapi, kalimat-kalimat yang dirangkai tak kan menjadi seindah semula. Rasa sedihnya belum bisa hilang dan tentunya belum juga sembuh, hingga malamini ku sedang menulis.
Dari membaca cerpen perlahan-lahan aku tertarik membaca artikel yang ada di majalah Aneka Yess, salah satu artikel yang membuatku penasaran adalah artikel tentang Sampoerna School Of Education, beasiswa dari Sampoerna Foundation untuk jenjang perguruan tinggi. Artikelnya hanya kulihat dengan sekejap namun memorinya ku simpan didalam hati. Tanpa sadar, sejak duduk dibangku SMP. Aku sudah menjadi scholarship hunter, program beasiswa pertama yang ikuti adalah Seleksi beasiswa tingkat SMA di MAN IC Gorontalo. Sebuah sekolah dengan system boardinghouse. Sikapku selalu optimis. Ketika ada hal yang kuinginkan. Ingin segera kuwujudkan tanpa berpikir macam-macam entah lulus atau tidak, yang terpenting adalah harus kucoba lebih dulu. Orangtuaku sangat independen dalam menentukan pendidikan bagi anaknya, mereka mengizinkanku berangkat. Hatikupun senang karena direstui,  dengan diantar kakak sepupuh yang sedang kuliah digorontalo aku ikut seleksi. Sebulan kemudian pengumuman telah keluar dan namaku tidak tercantum. Aku juga malu karena tak lulus disisi lain aku juga bukan siswa terpintar disekolah tapi nekat ikut seleksi yang jelas-jelas butuh orang-orang jenius didalamnya,  Sungguh sedih namun aku masih tetap menjaga mimpi-mimpiku untuk bisa mendapatkan  scholarship.
3 tahun menempuh pendidikan ditingkat SMA. Rentan waktu untuk terus mengikuti berita mengenai SSE sangat banyak. Setiap kubeli majalah kutunggu artikel tentang SSE, setiap ke warung internet ku hanya membuka websitenya. Sehingga waktu yang kutunggu tiba, semenjak bulan januari ku kirim berkas ke panitia SSE, kususun semuanya serapi mungkin. Aku tak berkonsultasi kepada siapapun, karena jelas tak seorangpun yang tau mengenai SSE kecuali aku. Modal yang kumiliki hanyalah modal nekat, memang dalam pelajaran bahasa inggris aku lebih menonjol dibanding teman-temanku yang lainnya. Tetapi kemampuan dibidang speaking,reading,listening, tak sebaik kemampuanku di structure. Namun aku tetap nekat mengirimkan essay dalam bahasa inggris. Aku bahkan tak menggunakan google translate untuk menerjemahkan tulisanku, semuanya ku tulis dendiri dengan mengerahkan segenap jiwa dan pemikiran. Menuliskan CV (Curiculum vitae) yang baru pertama kali ku kenal. Semuanya kulakukan secara otodidak.
Aku sedang duduk dibangku kelas 3 SMA, masih bingung mau melanjutkan kuliah dimana, begitu banyak daftar universitas yang ada dipikiranku. Namun dalam lubuk hati yang paling mendalam, aku menyimpan harapan bisa kuliah gratis dengan program beasiswa yang diberikan oleh Sampoerna Foundation. Siang malam tak berhentinya aku berdoa, Tuhan kabulkan doaku ini. Sampai suatu malam, menjelang tengah malam. Iseng-iseng kubuka email. Aku mendapat email dari pihak SSE, bahwa aku lulus berkas program beasiswa sampoerna dan diundang ikut seleksi selanjutnya di Yogyakarta. Begitu bahagianya saya malam itu, apalagi ketika kulihat namaku tercantum dalam urutan ke-5 gabungan antara Indonesia Timur dan Tengah. Orangtuaku belum tau tentang hal ini semuanya kulakukan dengan diam-diam. Sedikit flashback, aku kemudian merenung, betapa sayangNya Tuhan padaku, betapa mudah Sang Maha Kuasa memberikan apa yang kita minta, aku yang hanya seorang siswi SMU biasa, yang tak pintar kimia, yang bodoh Matematika apalagi fisika yang membuatku pusing setengah mati. Karena terperangkap dalam jurusan IPA dan lebih memilih mencintai bahasa diberikan kesempatan untuk bisa ikut seleksi Beasiswa tingkat Nasional tanpa ada bimbingan dari guru-guru tanpa rekomendasi dari kepala sekolah. Dan semuanNya sungguh kekuasaan ALLAH SWT, Dia Maha Melihat lagi Maha Mendengar. Aku masih saja terus berbincang-bincang dengan diriku sendiri, aku yang tak tenar disekolah, tak semua guru mengenalku, yang tak pernah ikut kompetisi, pokoknya minim prestasi kok bisa yah lulus seleksi dengan mudaNya tanpa bilang Abrakadabra seperti Harry Potter kini semuanya ada didepan mata. Aku yang berasal dari keluarga non akademis, keluarga pas-pasan, dari desa kecil di pelosok pulau Sulawesi yang jelas-jelas tak Nampak di peta, atlas dan globe kini akan berkompetisi. Ku ingat kembali pesan guruku, sebut saja Pak “A” beliau memberikab wejangan, “walaupun berbasis tradisional namun harus berkualitas international”. Yah, sekalipun aku hanya bagian atom terkecil di Indonesia namun  harus bisa menggemparkan Hirosima dan Nagasaki. Beliaulah satu-satunya guru yang membuka pikiran saya, yang lebih memotivasi saya untuk bermimpi.
Beliau satu-satunya guru yang memberikan pemahaman kepada siswa agar, “open minded”. Namun tak semua siswa menyadari hal tersebut, bahkan sebagian siswa malah meledek beliau, malah bosan mendengarkan ceramah beliau namun bagiku tidak aku terhegemoni dengan filosofis-filofis yang beliau bagikan setiap minggu dikelas. Bagiku beliau seperti jelmaan orang-orang pintar yang kutonton di Metro TV, beliau bisa jawab semua pertanyaan yang saya ajukan sehingga Nampak kelas biologi menjadi kelas bahasa Indonesia, dimana interview antara wartawan dan narasumber berlangsung.
Karena dirimulah guruku aku berani bermimpi besar, melawan keterbatasan. Engkaulah dreamcatcher dan pelita dalam kegelapan. 

tulisan ini adalah bagian dari sejarah hidupku, jadilah manusia yang bisa menciptakan sejarah dan jangan menciptakan berita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar